Kamis, 25 November 2010

Islamic Widget

Dasar Talqin Dzikir

Dasar Talqin Dzikir

Di dalam mentalqin dzikir, seorang guru mursyid dapat melakukan kepada jama’ah (banyak orang) atau kepada perorangan. Hal ini  didasarkan pada riwayat Imam Ahmad dan Imam Thabrani yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw telah men-talqin para sahabatnya, baik secara berjama’ah atau perorangan.
Adapun talqin Nabi Saw kepada para sahabatnya secara jamaah sebagaimana diriwayatkan dari Sidad bin Aus RA: ”Ketika kami (para sahabat) berada di hadapan Nabi Saw, beliau bertanya: ”Adakah diantara kalian orang asing (maksud beliau adalah ahli kitab-red), aku menjawab: ”Tidak!” Maka beliau menyuruh menutup pintu, lalu berkata: ”Angkatlah tangan-tangan kalian dan ucapkanlah La ilaaha illallah!” Kemudian beliau melanjutkan: ”Alhamdulillah, ya Allah sesungguhnya Engkau mengutusku dengan kalimat ini ”La ilaaha illallah”, Engkau perintahkan aku dengannya dan Engkau janjikan aku Surga karenanya. Dan Engkau sungguh tidak akan mengingkari janji.” Lalu beliau berkata: ”Ingat! Berbahagialah kalian, karena sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian.”
            Sedangkan talqin Beliau kepada sahabatnya secara perorangan adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Yusuf Al-Kirwaniy dengan sanad yang sahih, bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahpernah memohon kepada Nabi SAW: ”Ya Rasulullah, tunjukkanlah aku jalan yang paling  dekat  kepada Allah, yang paling mudah bagi hambanya dan yang paling utama di sisi-Nya!” Maka Beliau menjawab:” Sesuatu yang paling utama yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku adalah La ilaaha illallah. Seandainya tujuh langit dan tujuh bumi berada di atas daun timbangan dan La ilaaha illallahberada di atas daun timbangan yang satunya, maka akan lebih beratlah ia (la ilaaha illallah),” lalu lanjut beliau: ”Wahai Ali, kiamat  belum akan terjadi selama di muka bumi ini  masih ada orang yang mengucapkan kata ’’Allah’’.” Kemudian sahabat Ali  berkata: ”Ya Rasulullah, bagaimana aku berdzikir menyebut nama Allah?” Beliau menjawab: ”Pejamkan kedua matamu dan dengarkan dariku tiga kali, lalu tirukan tiga kali dan aku akan mendengarkannya. ”Kemudian Nabi Saw  mengucapakan La ilaaha illallah tiga kali dengan memejamkan kedua mata dan mengeraskan suara beliau, lalu sahabat Ali bergantian  mengucapkan La ilaaha illallah seperti itu dan Nabi Saw  mendengarkannya. Inilah dasar talqin dzikir jahri (La ilaaha illallah).
            Adapun  talqin dzikir qolbi yakni dengan hati tanpa mengerakkan lisan  dengan itsbat tanpa nafi, dengan lafadz ismudz-dzat (Allah) yang diperintahkan Nabi Saw dengan sabdanya: ”Qul Allah Tsumma dzarhum” (Katakanlah, ”Allah” lalu biarkan mereka), adalah dinisbatkan kepada  Ash-Shiddiq Al-A’dham (Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ) yang mengambilnya secara batin dari Al-Musthofa Saw. Inilah dzikir yang bergaung mantap di hati Abu Bakar Ra. Nabi Saw  bersabda: ”Abu Bakar mengungguli kalian bukan karena banyaknya puasa dan shalat, tetapi karena sesuatu yang bergaung mantap di dalam hatinya.” Inilah dasar  talqin dzikir sirri.
            Semua aliran thariqoh bercabang dari dua penisbatan ini, yakni nisbat kepada Sayyidina AliKaramallahu wajhah untuk dzikir jahri dan nisbat kepada Sayyidina Abu Bakar Ra untuk dzikir sirri. Maka kedua beliau inilah sumber utama dan melalui keduanya pertolongan Ar-Rahman datang.
            Nabi Saw mentalqin kalimah thoyibah ini kepada para sahabat radliallah ‘anhum untuk membersihkan hati mereka dan mensucikan jiwa mereka, serta menghubungkan mereka ke hadirat iIaahiyah (Allah) dan kebahagiaan yang suci murni. Akan tetapi pembersihan dan pensucian  dengan kalimah thoyibahini atau  Asma-asma Allah yang lainnya itu, tidak akan berhasil kecuali si pelaku dzikir menerima talqindari syaikhnya yang alim, amil, kamil, fahim, terhadap makna Al-Qur’an dan syariat, mahir dalam hadits atau sunnah dan cerdas dalam akidah dan ilmu kalam. Dimana syaikhnya tersebut juga telah menerimatalqin kalimah thoyyibah tersebut dari syaikhnya yang terus bersambung dari syaikhnya yang agung, yang satu dari syaikh agung yang lainnya sampai kepada Rasulullah Saw.
                

Komite Fatwa Al-Azhar: Ikut Pemilu Sama dengan "Fi Sabilillah"

Komite Fatwa Al-Azhar: Ikut Pemilu Sama dengan "Fi Sabilillah"

Ketua komite fatwa Al-Azhar menyatakan bahwa berpartisipasi dalam pemilu merupakan "kewajiban agama" dan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut berdosa secara hukum Islam. Mesir akan memulai pemilu parlemen pada 28 November pekan depan dan beberapa kekuatan oposisi telah siap terjun dalam arena pemilu tersebut.
Syaikh Marzouk Syahat, ketua komite fatwa Al-Azhar dalam fatwa singkatnya mengatakan bahwa "seseorang yang keluar dari rumahnya, berniat untuk berpartisipasi dalam pemilu, ia berada di jalan Allah sampai dia kembali," seperti yang dilaporkan situs berita Mesir.
Fatwa ini meruapakan fatwa yang terbaru dalam serangkaian fatwa yang dikeluarkan menjelang pemilihan parlemen Mesir yang akan diselenggarakan pada Ahad depan, 28 November 2010. Fatwa ini juga mendesak rakyat Mesir secara keseluruhan untuk berperan aktif dalam pemilu.
Lembaga fatwa Mesir juga telah mengeluarkan fatwa sejenis yang menyatakan bahwa berpartisipasi dalam pemilu adalah wajib hukumnya, dan dalam pelaksanaannya jika terjadi kecurangan pemilu, maka hal itu merupakan tindakan Haram yang dilakukan. Namun lembaga Fatwa Mesir menekankan bahwa "tidak boleh menggunakan slogan agama dan ayat-ayat Al-Quran dalam kampanye pemilu, karena hal tersebut sama saja dengan melecehkan agama itu sendiri.(fq/imo)

Takut 'Terjangkiti' Salafi, Tajikistan Panggil Pulang 134 Mahasiswanya di Al-Azhar

Takut 'Terjangkiti' Salafi, Tajikistan Panggil Pulang 134 Mahasiswanya di Al-Azhar

Sebanyak 134 mahasiswa asal Tajikistan yang sedang menuntut ilmu di universitas Al-Azhar Kairo Mesir telah diminta untuk pulang ke negara asalnya, dengan alasan adanya ketakutan pihak pemerintah Tajikistan para mahasiswa tersebut akan 'terjangkiti' gerakan Salafi.
Seorang juru bicara untuk Komite Negara Urusan Agama di Tajikistan kepada media mengatakan bahwa pada hari Senin lalu sebanyak 134 mahasiswa asal Tajikistan yang sedang belajar di Al-Azhar di Kairo telah dipanggil pulang sebagai bagian dari program yang telah diputuskan oleh Presiden Tajik Imam Ali Rahman.
Dia menjelaskan bahwa dimintanya para mahasiswa ini untuk kembali, menyusul adanya kekhawatiran dampak dari tren dikalangan para mahasiswa yang mengikuti gerakan Salafi.
Menurut informasi resmi seperti dilaporkan oleh Agence France-Presse, bahwa lebih dari seribu anak muda asal Tajikistan termasuk 250 anak perempuan yang saat ini tengah menuntut ilmu di Al-Azhar. إNamun, pihak berwenang mengatakan sebagian besar dari mereka tidak mendapat izin belajar sebelum melakukan perjalanan ke Al-Azhar dari Komite Negara.
Presiden Imam Ali pada bulan Agustus lalu telah mengecam lembaga-lembaga Islam di luar negeri, terutama sekolah-sekolah Al-Quran, yang menegaskan alumni dari sekolah-sekolah agama tersebut telah menjadi "teroris" dan menyerukan anak muda Tajik yang sedang belajar untuk kembali ke negara mereka.
Tajikistan dulunya merupakan bagian dari republik Soviet di Asia Tengah. Muslim Sunni membentuk hampir 98% dari seluruh penduduk miskin di negeri ini yang berbatasan dengan Afghanistan. Perlu diketahui bahwa gerakan salafi di Tajikistan telah dilarang oleh Mahkamah Agung pada bulan Januari 2009 sebagai sebuah gerakan ekstremis. (Di Indonesia gerakan Salafi masih dibiarkan oleh Negara walaupun sebetulnya banyak gesekan di masyarakat akibat gerakan ini yang terlalu ekstrim).