Selasa, 22 Februari 2011

Jasad Gus Dur Sangat Manusiawi


Selasa, 22 Februari 2011 12:12 Jakarta, NU Online
Setelah empat kali mengalami pengurukan akibat longsor dalam setahun, makam Gus Dur semakin ramai di kunjungi para peziarah. Hiruk pikuk dan kehebohan masyarakat menyikapi fenomena longsornya makam mantan Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid terus berlanjut.

Setalah berbagai kalangan mengutarakan pendapatnya mengenai pertanda kewalian Gus Dur, kini giliran para santrinya di Pesantren Ciganjur yang angkat bicara. Para santri di Pesantren Ciganjur inilah yang dahulu memandikan jenazahnya, kala Gus Dur sang pengasuh para santri ini dipanggil menghadap Sang Khaliq.

"Waktu para santri memandikan jenazahnya, jasad Gus Dur kelihatan sangat manusiawi. Kulitnya cerah, seperti biasa waktu beliau kami sering mengajar santri-santrinya," tutur Mahbib salah seorang santri yang dulu turut memandikan.

Sementara para santri lain menceritakan kepada NU Online, Selasa (21/2), sewaktu memandikan Gus Dur para santri melihat jasad Gus Dur dalam ekspresi yang wajar. Tidak tampak pucat tidak pula seperti orang mati.

Menurut Mahbib, para santri bergiliran memandikan di samping rumah sebelum jenazah disemayamkan di ruang tengah untuk disholatkan secara bergiliran pula. Sholat Jenazah untuk Gus dur di kediaman Ciganjur sendiri, berlangsung berkali-kali sejak dimandikan hingga sebelum diberangkatkan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma. Dari Bandara Halim Perdana Kusuma ini jenazah kemudian diterbangkan ke peristirahatan terakhirnya di Tebuireng Jombang.

"Tidak terhitung berapa kali sholat dilakukan bergantian. Para jamaa terus berduyun-duyun sholat di hadapan jenazah. Sementara mereka yang tidak bisa masuk, lalu melaksanakan sholat jenazah di Masjid al-Munawwaroh," tutur Ahsin, imam Masjid al-Munawwaroh Ciganjur. (min)

TNI Juga Harus Teladani Nabi Muhammad


Selasa, 22 Februari 2011 13:40
Bandung, NU Online
Sosok Nabi bukanlah sekedar pemimpin agama dan pedagang saja, melainkan Nabi Muhammad adalah juga sosok militer. Karenanya,  para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus mampu meneladani sosok Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin yang lengkap dan paripurna. 

“Nabi Muhammad merupakan pemimpin negara, panglima perang, imam di masjid, sekaligus imam di rumah tangga,” kata KH Suherman, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad di Masjid al-Mu’min Secaba Rindam III/Siliwangi, Bandung, Senin (21/2).

Menurut Suherman, Nabi Muhammad terkenal sebagai pemimpin tentara yang gagah berani dan ahli perang dengan memimpin sendiri Perang Uhud, Perang Badar, dan lain-lain. “Perang Badar merupakan kemenangan terbesar yang dicapai ketika kaum Muslimin melaksanakan puasa Ramadhan,” katanya.

Namun, ketika para prajurit tergiur dengan masalah harta sehingga tidak mematuhi aturan pemimpinnya menimbulkan kekalahan. “Seperti Perang Uhud di Madinah ketika banyak sahabat nabi termasuk paman nabi, Hamzah, mati syahid akibat para prajurit pemanah meninggalkan posnya untuk memburu harta,” ucapnya seperti dilansir pikiran-rakyat.com.

Dalam acara bertajuk “Jadikan Hikmah Maulud Nabi untuk Landasan Moral Prajurit TNI” ini selainj para para prajurit TNI, hadir juga para tokoh masyarakat. Selain itu acara ini juga dihadiri oleh jajaran Kapolsek se-Bandung Timur, tokoh masyarakat, dan anggota Secaba Rindam III/Siliwangi. (ful)

Hasyim: Indonesia akan Besar Jika Ulama Lurus


Selasa, 22 Februari 2011 17:00
Surabaya, NU Online
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, mengingatkan jika masalah bangsa ini semakin kompleks dan makin banyaknya orang pintar di Indonesia. Tapi, orang benar jumlahnya semakin sedikit. Itulah yang membuat bangsa ini terancam, karena semakin banyak orang berlaku korup.

“Negara Indonesia bisa besar jika ulama mau berjalan dengan lurus di tengah semakin banyak ulama yang melupakan jalan dakwah dengan lebih memilih jalan menguntungkan dirinya sendiri daripada umat, “ tandas Hasyim Muzadi dalam seminar ‘Nasional NKRI, Aswaja, dan Masa Depan Politik Islam Nusantara’ dalam rangka Harlah NU ke 88 tahun di Surabaya, Selasa (22/2).

Menurut Hasyim munculnya ulama parpol adalah gejala yang tidak baik. Oleh sebab itu NU harus meluruskan hal itu dan tidak boleh dibiarkan demi kebaikan bersama. Acara itu dihadiri Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie; Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali; pengamat politik Yudie Latif, dan Ketua Umum Front Pembela Islam, Habib Rizieq dan ulama se-Indonesia.

Sementara itu kata Ketua Tanfidz Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah, pemerintah agar jangan sekali-kali meninggalkan NU dalam membangun bangsa Indonesia. Melainkan pemerintah harus patuh kepada kritik ulama NU yang sering mengingatkan saat pengambilan kebijakan pemerintah yang menyimpang.

"Untuk itu, jika pemerintah mengabaikan masukan ulama NU akibat melakukan kebijakan yang tak berpihak pada rakyat, maka siap-siap saja ditinggalkan warga NU. Di mana dalam sejarah bangsa Indonesia, pemerintah yang bertentangan dengan NU itu akan gagal," ujar Mutawakkil saat membuka seminar tersebut.

Oleh sebab itu Mutawakkil menghimbau kepada setiap ulama agar berani terus mengkritik ketidaklurusan yang dilakukan pemerintah. Ia meminta pemerintah harus dikritik jika memang sudah tidak berpihak kepada rakyat kecil.

"Tapi, ulama NU juga wajib mendukung pemerintah jika kebijakannya berpihak pada rakyat dan terus mengeluarkan kebijakan yang baik. Jika benar harus didukung, jika salah harus diluruskan," ujar Mutawakkil.(amf/ant)